Minggu, 07 Februari 2016

Laporan Praktikum: Titrasi Asam Basa

Share it Please


TITRASI ASAM BASA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)


Oleh
Wayan Gracias
1313023090






LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan          : Titrasi Asam Basa
Tanggal Percobaan      : 5 Mei 2015
Tempat Percobaan       : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama                           : Wayan Gracias
NPM                           : 1313023090
Fakultas                       : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan                        : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi             : Pendidikan Kimia
Kelompok                   : I (Satu)

  Bandarlampung, 5 Mei 2015
Mengetahui
  Asisten


  Viviani Nurmala
 NPM: 1213023078



I.                   PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Salah satu aplikasi stoikiometri adalah titrasi, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui, agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai titran dan konsentrasinya disebut titer atau titrat dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau asidi-alkalimetri. Titrasi asidialkalimetri sangat berguna di bidang farmasi, seperti dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti. Karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai titrasi asidialkalimetri, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2     Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung konsentrasi larutan asam didasarkan pada reaksi netralisasi asam dan basa dengan metode asidialkalimetri.



II.                   TINJAUAN PUSTAKA

Zat yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titran dan biasanya diletakkan di dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui sendiri konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran biasanya dalam bentuk larutan. Suatu penerapan stoikiometri di laboratorium adalah analisa untuk unsur-unsur guna menentukan komposisinya. Penguraian yang dilakukan atau digunakan berdasarkan volumetrinya dan penguukuran yang dilakukan dinamakan volumetri atau titrasi. Titrasi asam basa melibatkan asam dan basa sebagai titer maupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan kadar larutan asam ditentukan dengan basa keras setelah jumlah ekivalen bisa ditambahkan. Hidrolisis dari garam yang terbentuk tidak terjadi atau sedikit, sehingga titik akhir reaksi atau titrasi terjadi pada pH = 7. Untuk titrasi asam kuat dan basa kuat perubahan pH mendadak titik kesetaraan mencakup suatu jangka yang luas. Indikator apa saja yang merubah warna dalam batas ini akan menyatakan kapan titik kesetaraan itu tercapai. Seperti ditunjukkan baik merah atau phenolphthalein akan sama memadai (Keenan, 1989).

Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui. Dahulu digunakan orang analisis volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisis titrimetri, karena yang terakhi ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat (Basset, 1994).

Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi sama dengan jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi asidi dan alkalimetri, oksidimetri, dan argentometri. Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila yang diketahui adalah konsentrasi basanya. Titrasi asam basa ada lima, empat diantaranya adalah:
1.      Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Di akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.
 
2.      Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
3.      Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.




      4.      Titrasi asam lemah dan basa lemah
       Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut larutan standar primer. Zat ini harus memiliki syarat antara lain, mudah diperoleh dalam bentuk murni, stabil, mudah dikeringkan dan tidak higroksopis (Underwood, 1998).



III.                   METODOLOGI PERCOBAAN

3.1     Alat dan Bahan
Alat:
1.      Neraca digital            1 buah
2.      Labu ukur 100 mL     1 buah
3.      Pipet gondok 25 mL 1 buah
4.      Erlenmeyer 100 mL   1 buah
5.      Statif lengkap            1 unit
Bahan:
1.      Kristal boraks
2.      Aquades
3.      Indikator metil orange
4.      HCl pekat

3.2     Prosedur Percobaan
a.       Pembuatan larutan baku HCl 0.1 N
1.      Pipet 2 mL HCl dengan pipet volume
2.      Masukkan ke dalam labu ukur 250 mL
3.      Tambahkan aquades sampai tanda batas
4.      Kocok larutan tersebut dalam keadaan labu tertutup

b.      Standarisasi larutan HCl
1.      Timbang 0.4 gram kristal boraks dan larutkan menjadi 100 mL dalam labu ukur
2.      Ambil 25 mL larutan dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer serta berikan 3 tetes indikator MO
3.      Titrasi larutan ini dengan HCl standar yang dibuat sampai terjadi perubahan warna
4.      Hitung konsentrasi HCl




IV.                   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1     Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.    Pembuatan larutan baku HCl 0.1 N
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Dipipet 0.8 mL HCl pekat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga tanda batas, dikocok hingga homogen
Larutan HCl 0.1 N

B.     Standarisasi larutan HCl
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
0.4015 gram kristal boraks ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
Kristal boraks berwarna putih. Setelah dilarutkan dalam 100 mL air warnanya bening.
2
Dipipet 25  mL larutan boraks, dimasukkan ke erlenmeyer, ditambah 3 tetes indikator MO
Warna larutan setelah ditambah MO adalah kuning
3
Titrasi larutan dengan HCl sampai terjadi perubahan warna
Warna larutan setelah titrasi adalah merah, volume HCl yang digunakan adalah 6.2 mL

4.2     Perhitungan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Diketahui:
Massa kristal boraks = 0.4015 gram
Mm kristal boraks = 381 gram/mol
Mol boraks dalam 100 mL larutan:

 
4.3     Pembahasan

Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu pertama-tama pembuatan larutan baku HCl 0.1 N. Adapun prosedur kerjanya adalah memipet 0.8 mL HCl pekat lalu mengencerkan HCl pekat tersebut ke dalam labu ukur 100 mL lalu menambahkan akuades hingga tanda batas, kemudian kocok larutan hingga homogen. Adapun prosedur yang kedua yaitu standarisasi larutan HCl. Langkah-langkahnya adalah menimbang 0.4015 gram kristal boraks yang berwarna putih kemudian melarutkannya menjadi 100 mL dalam labu ukur. Setelah itu, memipet 25 mL larutan boraks tersebut dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes metil orange. Warna larutan ketika ditambah MO adalah kuning. Larutan ini kemudian dititrasi dengan HCl sampai warna larutan menjadi merah. Adapun volume HCl yang digunakan adalah 6.2 mL.

Pada percobaan titrasi asam basa ini titrasi ini tergolong titrasi alkalimetri. Karena larutan yang akan ditentukan konsentrasinya adalah HCl dengan menggunakan larutan standar berupa larutan boraks yang merupakan standar primer. Dalam hal ini, HCl merupakan larutan baku sekunder, dimana konsentrasinya dapat berubah-ubah sehingga harus ditentukan dengan larutan baku primer yang bersifat basa.

Titrasi asidimetri adalah suatu teknik analisis volumetri yang menggunakan asam sebagai larutan standar untuk menentukan konsentrasi suatu basa. Adapun titrasi alkalimetri adalah suatu teknik analisis volumetri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam dengan basa sebagai larutan standar.

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
 
Metil orange adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3Na2O3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asambasa. Indikator MO ini berubah warna dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4. Jadi warna transisinya adalah orange. Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:
 
Adapun sifat fisika dari metil orange yaitu memiliki berat molekul 372.33 g/mol, berbentuk bubuk berwarna merah atau kuning orange, pada suhu kamar berbentuk larutan, tidak berbau, dan larut di dalam 500 bagian air. Adapun sifat-sifat kimia dari metil orange diantaranya memiliki trayek pH 3.1-4.4, berwarna merah dalam asam, stabil saat penggunaan maupun penyimpanan, tidak menguap pada 70°F, terurai menghasilkan COX, NOX, dan SOX  serta larut dalam air. 




V.                   KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Konsentrasi HCl yang diperoleh dari percobaan ini adalah 0.08387 N
2.      Percobaan ini tergolong titrasi alkalimetri karena menggunakan larutan boraks sebagai larutan standar yang bersifat basa dan larutan yang akan dicari konsentrasinya adalah HCl yang bersifat asam
3.      Percobaan ini menggunakan MO sebagai indikator asam basa yang memiliki trayek pH 3.1-4.4. Dimana larutan akan bersifat asam dan akan menunjukkan warna merah dan warna kuning apabila larutan bersifat basa
4.      Pada percobaan ini HCl merupakan larutan baku sekunder yang konsentrasinya tidak tetap, sedangkan larutan boraks merupakan larutan baku primer
5.      Larutan HCl merupakan larutan baku sekunder, sehingga perlu dititrasi untuk mengetahui konsentrasinya




DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: EGC Kedokteran
Underwood, A.L dan R.A Day. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Keenan, Charles W. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Sukmariah, M. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

Blogroll

About