TITRASI ASAM BASA
(Laporan
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)
Oleh
Wayan
Gracias
1313023090
LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul Percobaan : Titrasi Asam Basa
Tanggal Percobaan : 5 Mei 2015
Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama : Wayan Gracias
NPM : 1313023090
Fakultas : Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi :
Pendidikan Kimia
Kelompok : I (Satu)
Bandarlampung, 5 Mei 2015
Mengetahui
Asisten
Viviani Nurmala
NPM: 1213023078
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu aplikasi
stoikiometri adalah titrasi, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui, agar tepat
habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui
kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat akan ditentukan konsentrasinya disebut
sebagai titran dan konsentrasinya disebut titer atau titrat dan biasanya
diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa atau asidi-alkalimetri. Titrasi asidialkalimetri sangat berguna di
bidang farmasi, seperti dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat
dengan teliti. Karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih
kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titasinya yang ditandai
dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien
mungkin. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai titrasi asidialkalimetri, maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah untuk menghitung konsentrasi larutan asam didasarkan pada reaksi
netralisasi asam dan basa dengan metode asidialkalimetri.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Zat
yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titran dan biasanya
diletakkan di dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui sendiri
konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret.
Baik titer maupun titran biasanya dalam bentuk larutan. Suatu penerapan
stoikiometri di laboratorium adalah analisa untuk unsur-unsur guna menentukan
komposisinya. Penguraian yang dilakukan atau digunakan berdasarkan volumetrinya
dan penguukuran yang dilakukan dinamakan volumetri atau titrasi. Titrasi asam
basa melibatkan asam dan basa sebagai titer maupun titran. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan kadar larutan asam ditentukan dengan basa keras
setelah jumlah ekivalen bisa ditambahkan. Hidrolisis dari garam yang terbentuk
tidak terjadi atau sedikit, sehingga titik akhir reaksi atau titrasi terjadi
pada pH = 7. Untuk titrasi asam kuat dan basa kuat perubahan pH mendadak titik
kesetaraan mencakup suatu jangka yang luas. Indikator apa saja yang merubah
warna dalam batas ini akan menyatakan kapan titik kesetaraan itu tercapai.
Seperti ditunjukkan baik merah atau phenolphthalein akan sama memadai (Keenan,
1989).
Istilah
analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat
yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui
tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung
dari volume standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.
Dahulu digunakan orang analisis volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan
analisis titrimetri, karena yang terakhi ini dianggap lebih baik menyatakan
proses titrasi, sedangkan yang disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan
pengukuran-pengukuran volume, seperti yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan
konsentrasi yang diketahui itu disebut titran dan zat yang sedang dititrasi
disebut titrat (Basset, 1994).
Untuk
analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekivalen (larutan
normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi
sama dengan jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat
sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat
dibagi menjadi asidi dan alkalimetri, oksidimetri, dan argentometri. Asidimetri
adalah yang diketahui konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila yang
diketahui adalah konsentrasi basanya. Titrasi asam basa ada lima, empat
diantaranya adalah:
1. Titrasi
asam kuat dengan basa kuat
Di akhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.
2. Titrasi
asam lemah dengan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
3. Titrasi
basa lemah dengan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.
4. Titrasi
asam lemah dan basa lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai
standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan
tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut larutan standar
primer. Zat ini harus memiliki syarat antara lain, mudah diperoleh dalam bentuk
murni, stabil, mudah dikeringkan dan tidak higroksopis (Underwood, 1998).
III.
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
Alat:
1. Neraca
digital 1 buah
2. Labu
ukur 100 mL 1 buah
3. Pipet
gondok 25 mL 1 buah
4. Erlenmeyer
100 mL 1 buah
5. Statif
lengkap 1 unit
Bahan:
1. Kristal
boraks
2. Aquades
3. Indikator
metil orange
4. HCl
pekat
3.2 Prosedur
Percobaan
a. Pembuatan
larutan baku HCl 0.1 N
1. Pipet
2 mL HCl dengan pipet volume
2. Masukkan
ke dalam labu ukur 250 mL
3. Tambahkan
aquades sampai tanda batas
4. Kocok
larutan tersebut dalam keadaan labu tertutup
b. Standarisasi
larutan HCl
1. Timbang
0.4 gram kristal boraks dan larutkan menjadi 100 mL dalam labu ukur
2. Ambil
25 mL larutan dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer serta berikan 3
tetes indikator MO
3. Titrasi
larutan ini dengan HCl standar yang dibuat sampai terjadi perubahan warna
4. Hitung
konsentrasi HCl
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Pembuatan
larutan baku HCl 0.1 N
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Dipipet 0.8 mL HCl
pekat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga
tanda batas, dikocok hingga homogen
|
Larutan HCl 0.1 N
|
B. Standarisasi
larutan HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
0.4015 gram kristal
boraks ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
|
Kristal boraks
berwarna putih. Setelah dilarutkan dalam 100 mL air warnanya bening.
|
2
|
Dipipet 25 mL larutan boraks, dimasukkan ke
erlenmeyer, ditambah 3 tetes indikator MO
|
Warna larutan setelah
ditambah MO adalah kuning
|
3
|
Titrasi larutan
dengan HCl sampai terjadi perubahan warna
|
Warna larutan setelah
titrasi adalah merah, volume HCl yang digunakan adalah 6.2 mL
|
4.2 Perhitungan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Diketahui:
Massa kristal boraks = 0.4015 gram
Mm kristal boraks = 381 gram/mol
Mol boraks dalam 100 mL larutan:
4.3 Pembahasan
Adapun cara kerja pada
praktikum ini yaitu pertama-tama pembuatan larutan baku HCl 0.1 N. Adapun
prosedur kerjanya adalah memipet 0.8 mL HCl pekat lalu mengencerkan HCl pekat
tersebut ke dalam labu ukur 100 mL lalu menambahkan akuades hingga tanda batas,
kemudian kocok larutan hingga homogen. Adapun prosedur yang kedua yaitu
standarisasi larutan HCl. Langkah-langkahnya adalah menimbang 0.4015 gram
kristal boraks yang berwarna putih kemudian melarutkannya menjadi 100 mL dalam
labu ukur. Setelah itu, memipet 25 mL larutan boraks tersebut dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes metil orange. Warna larutan
ketika ditambah MO adalah kuning. Larutan ini kemudian dititrasi dengan HCl
sampai warna larutan menjadi merah. Adapun volume HCl yang digunakan adalah 6.2
mL.
Pada percobaan titrasi
asam basa ini titrasi ini tergolong titrasi alkalimetri. Karena larutan yang
akan ditentukan konsentrasinya adalah HCl dengan menggunakan larutan standar
berupa larutan boraks yang merupakan standar primer. Dalam hal ini, HCl
merupakan larutan baku sekunder, dimana konsentrasinya dapat berubah-ubah
sehingga harus ditentukan dengan larutan baku primer yang bersifat basa.
Titrasi asidimetri
adalah suatu teknik analisis volumetri yang menggunakan asam sebagai larutan
standar untuk menentukan konsentrasi suatu basa. Adapun titrasi alkalimetri
adalah suatu teknik analisis volumetri yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi asam dengan basa sebagai larutan standar.
Adapun reaksi yang terjadi pada
percobaan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Metil orange adalah senyawa organik
dengan rumus C14H14N3Na2O3S
dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asambasa. Indikator MO ini
berubah warna dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH
diatas 4.4. Jadi warna transisinya adalah orange. Struktur indikator ini adalah
sebagai berikut:
Adapun sifat fisika dari metil
orange yaitu memiliki berat molekul 372.33 g/mol, berbentuk bubuk berwarna
merah atau kuning orange, pada suhu kamar berbentuk larutan, tidak berbau, dan
larut di dalam 500 bagian air. Adapun sifat-sifat kimia dari metil orange
diantaranya memiliki trayek pH 3.1-4.4, berwarna merah dalam asam, stabil saat
penggunaan maupun penyimpanan, tidak menguap pada 70°F, terurai menghasilkan COX,
NOX, dan SOX serta
larut dalam air.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi
HCl yang diperoleh dari percobaan ini adalah 0.08387 N
2. Percobaan
ini tergolong titrasi alkalimetri karena menggunakan larutan boraks sebagai
larutan standar yang bersifat basa dan larutan yang akan dicari konsentrasinya
adalah HCl yang bersifat asam
3. Percobaan
ini menggunakan MO sebagai indikator asam basa yang memiliki trayek pH 3.1-4.4.
Dimana larutan akan bersifat asam dan akan menunjukkan warna merah dan warna
kuning apabila larutan bersifat basa
4. Pada
percobaan ini HCl merupakan larutan baku sekunder yang konsentrasinya tidak
tetap, sedangkan larutan boraks merupakan larutan baku primer
5. Larutan
HCl merupakan larutan baku sekunder, sehingga perlu dititrasi untuk mengetahui
konsentrasinya
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: EGC Kedokteran
Underwood, A.L dan R.A Day. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Keenan, Charles W. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga
Sukmariah, M. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar