Jumat, 29 Januari 2016

Laporan Praktikum: Penentuan Kadar Klorida Secara Mohr

Share it Please


PENENTUAN KADAR KLORIDA SECARA MOHR
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)


Oleh
Wayan Gracias
1313023090






LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan          : Penentuan Kadar Klorida Secara Mohr
Tanggal Percobaan      : 5 Mei 2015
Tempat Percobaan       : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama                           : Wayan Gracias
NPM                           : 1313023090
Fakultas                       : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan                        : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi             : Pendidikan Kimia
Kelompok                   : I (Satu)

  Bandarlampung, 5 Mei 2015
Mengetahui
  Asisten


  Dani Rasanzani
 NPM: 1213023012




I.                   PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Perkembangan teknologi sekarang ini sangat mempengaruhi berbagai bidang yang ada di sekitar kita, seperti halnya dalam bidang farmasi. Maka dari perkembangan teknologi yang sekarang ini semakin meningkat jumlah produk-produk farmasi yang tersedia untuk masyarakat. Dalam penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai senyawa-senyawa yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk mengasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat. Pengkombinasian ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air maupun yang tidak.

Pada penetapan kadar senyawa yang sukar larut digunakan metode tertentu, karena sifat dari senyawa yang mudah larut sangat berbeda dengan senyawa yang sukar larut, dimana salah satu metode tersebut adalah metode argentometri. Argentometri sendiri merupakan suatu titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dan akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Ada beberapa metode argentometri, yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans, dan Leibig. Adapun pada praktikum ini akan dibahas mengenai metode Mohr. Untuk memahami lebih lanjut mengenai  metode Mohr, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2     Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar klorida dalam kristal garam dapur secara Mohr.





II.                TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan dengan perak halida (AgX) (Cecep, 2011).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentums, yang berarti perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri. Dasar titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Berdasarkan indikator yang digunakan, titrasi argentometri dibedakan menjadi 3 metode, yaitu:
1.      Metode Mohr. Pembentukan dari sebuah endapan berwarna.
Persis seperti sistem asam-basa bisa digunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi asam-basa, pembentukan satu endapan dapat digunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contohnya titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat digunakan sebagai indikator.
2.      Metode Volhard. Pembentukan kompleks berwarna.
Metode Volhard didasasri oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan asam nitrit, dengan ion besi (III) digunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode ini digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dengan ion-ion klorida, bromida, dan iodida.
3.      Metode Fajans. Penggunaan indikator adsorpsi.
Adsorpsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik-titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang digunakan untuk hal ini diacu sebagai indikator adsorpsi (Underwood, 2001).

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu indikator, argentometri, dan indikator kimia. Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan titrasi netralisasi, yaitu perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen/analit (Skoog, 1996).

Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan dasar larutan adalah pengendapan terjadi jika Q>Ksp, pengendapan tak terjadi jika Q<Ksp. Larutan ini tepat jenuh jika Q=Ksp. Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali kelarutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya, jika harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur. Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 1989).

Adapun syarat untuk titrasi argentometri yaitu konsentrasi mula-mula larutan yang hendak dititrasi cukup besar dan Ksp kecil (Chang, 2001).



III.             METODOLOGI PERCOBAAN

3.1     Alat dan Bahan
Alat:
1.      Labu takar 25 mL                  1 buah
2.      Pipet gondok                                     1 buah
3.      Buret pyrex 50 mL                1 buah
4.      Statif dan klem                      1 unit
5.      Erlenmeyer 250 mL               1 buah
6.      Kaca arloji diameter 5 cm      1 buah
7.      Corong                                   1 buah
Bahan:
1.      Garam dapur                                                  1 gram
2.      Larutan AgNO­3                                                            50 mL
3.      Larutan asam kromat (H2CrO4) 0.1M            2 mL
4.      Aquades                                                         300 mL

3.2     Prosedur Percobaan
a.       Penetapan Kadar Klorida
1.      Timbang 0.074 gram garam dapur, lalu larutkan dan masukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan encerkan sampai tanda batas.
2.      Pipet 10 mL aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
3.      Buret disiapkan lalu diisi dengan larutan AgNO3 0.1M
4.      10 mL larutan aliquot ditambahkan 2 mL K2CrO4 0.1 M lalu dititrasi dengan larutan AgNO3 dengan mengaduknya secara konstan sampai terbentuk endapan putih.
5.      Teruskan titrasi secara perlahan sampai terbentuk endapan merah.
6.      Hentikan titrasi, lalu catat volume titran.
7.      Hitung kadar klorida dengan rumus sebagai berikut.

b.      Penetapan Blangko Indikator
1.      Pipet 10 mL aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer
2.      Buret disiapkan lalu diisi dengan larutan AgNO3
3.      10 mL larutan aliquot lalu dititrasi dengan larutan AgNO3 dengan mengaduknya secara konstan sampai terbentuk endapan putih
4.      Teruskan titrasi secara perlahan
5.      Bandingkan larutan hasil titrasi penetapan blangko indikator dengan hasil titrasi penentuan kadar klorida
 


IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1     Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.    Penetapan Kadar Klorida
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Menimbang 0.074 gram NaCl, dilarutkan dalam labu ukur 25 mL, diencerkan sampai tanda batas.
Larutan garam dapur 25 mL (larutan aliquot).
2
Dipipet 10 mL aliquot dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 2 mL K2CrO4.
Larutan berwarna kuning.
3
Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan AgNO3
Terbentuk endapan putih AgCl, lalu lama kelamaan terbentuk endapan merah Ag2CrO4. Volume AgNO3 yang digunakan 5.2 mL

B.     Penetapan Blangko Indikator
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Dipipet 10 mL aliquot, lalu dititrasi dengan AgNO3
Volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi adalah 0.4 mL dan terbentuk endapan putih AgCl.

4.2     Perhitungan

Diketahui:
V NaCl = 10 mL
V AgNO3 = 5.2 mL
[AgNO3] = 0.1 M
·         V NaCl. [NaCl] = V AgNO3 . [AgNO3]
10 mL . [NaCl] = 5.2 mL . 0.1 M
[NaCl] = 0.052 M

·         n NaCl dalam 10 mL larutan = V NaCl.[NaCl] = 10 mL . 0.052 M = 0.52 mol
·         mol NaCl dalam 25 mL:











4.3     Pembahasan

Ada dua cara kerja pada praktikum ini, pertama yaitu penetapan kadar klorida, yang kedua penetapan blangko indikator. Adapun langkah kerja yang pertama yaitu penetapan kadar klorida. Langkah-langkahnya menimbang 0.074 gram kristal garam dapur, lalu dilarutkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Kemudian 10 mL aliquot ini dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 mL K2CrO4 0.1 M. Hasilnya ialah larutan berwarna kuning. Kemudian larutan ini dititrasi dengan AgNO3 0.1 M. Saat dititrasi terjadi perubahan warna larutan dari bening ke keruh. Lalu, terbentuk endapan merah yang merupakan Ag2CrO4. Adapun volume AgNO3 yang digunakan selama titrasi adalah 5.2 mL. Adapun prosedur yang kedua yaitu penetapan blangko indikator. Langkah kerjanya yaitu memipet 10 mL aliquot dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu dititrasi dengan AgNO3, lama-kelamaan terbentuk endapan putih AgCl dan volume AgNO3 yang digunakan adalah sebanyak 0.4 mL. Pada percobaan penetapan blangko indikator ini tidak menghasilkan endapan merah Ag2CrO4 karena selama percobaan tidak ada penambahan K2CrO4. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan kadar klorida dalam sampel garam dapur adalah sebesar 62.36%.

Pada percobaan ini, digunakan titrasi Mohr untuk menentukan kadar klorida. Adapun prinsip dari metode Mohr ini adalah AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah tercapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.

Adapun fungsi larutan K2CrO4 adalah sebagai indikator yang digunakan untuk mendeteksi kelebihan Ag, yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah. Pada percobaan penetapa kadar klorida, endapan putih AgCl terbentuk leih dahulu dibandingkan endapan merah Ag2CrO4. Hal ini disebabkan kelarutan AgCl yang lebih kecil dari Ag2CrO4. Selain itu, endapan merah Ag2CrO4 terbentuk karena AgCl sudah habis bereaksi, sehingga hanya tersisa CrO42- dan bereaksi dengan AgNO3 membentuk endapan merah.

Adapun reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini diantaranya adalah:
1.      Reaksi antara AgNO3 dengan garam dapur:
 
2.      Reaksi AgNO3 dengan K2CrO4:


AgNO3 merupakan senyawa prekusor yang serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya, seperti yang digunakan dalam fotografi. Senyawa ini tidak begitu sensitif terhadap cahaya ketimbang halidanya. Adapun sifat-sifat dari AgNO3 ini diantaranya memiliki berat molekul 169.87 g/mol, berbentuk kristal putih, tidak berwarna, memiliki densitas 5.35 g/cm3, titik lebur 212°C, titik didih 444°C, indeks bias 1.744, larut dalam pelarut aseton, amonia, glikol, dan eter. AgNO3 juga bereaksi hebat dengan etanol, bersifat korosif, dan berbahaya bagi lingkungan (beracun).

 

V.                KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kadar klorida yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 62.36%
2.      Adapun prinsip titrasi Mohr ini adalah penggunaan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator yang berfungsi untuk mendeteksi terbentuknya endapan Ag2CrO4
3.      Pada percobaan ini, AgCl terbentuk lebih dahulu dibandingkan Ag2CrO4 dikarenakan kelarutan AgCl lebih kecil daripada kelarutan Ag2CrO4
4.      Pada percobaan ini, terbentuknya endapan Ag2CrO4 dikarenakan ion Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+, maka sisa ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42- membentuk Ag2CrO4
5.      Perak nitrat merupakan senyawa anorganik yang dapat dimanfaatkan untuk mengendapan zat-zat tertentu dalam titrasi pengendapan (argentometri).
 



DAFTAR PUSTAKA

Cecep. 2011. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara
Chang, Raymond. 2001. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph H. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga
Skoog, D.A. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. Brooke: Thompson Learning Inc
Underwood, Day R.A. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

Blogroll

About