PENENTUAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM
KAWAT TEMBAGA
(Laporan
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)
Oleh
Wayan
Gracias
1313023090
LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul Percobaan : Penentuan Kadar Tembaga (Cu) Dalam
Kawat Tembaga
Tanggal Percobaan : 19 Mei 2015
Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama : Wayan Gracias
NPM : 1313023090
Fakultas : Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : Pendidikan Kimia
Kelompok : I (Satu)
Bandarlampung, 19 Mei 2015
Mengetahui
Asisten
Agung Laksono
NPM: 1213023002
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari, banyak aspek kehidupan kita yang menggunakan pemanfaatan dari
tembaga, diantaranya digunakan sebagai penghantar listrik. Tembaga memiliki
sifat diantaranya merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu,
unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Dibalik kegunaan tembaga, terdapat
juga beberapa kerugian yang disebabkan oleh tembaga. Kegiatan industri
misalnya, dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air,
yang menyebabkan penurunan kualitas air. Salah satu logam berat yang berbahaya
yang terkandung di dalamnya adalah tembaga. Logam ini umumnya pada kadar rendah
sudah beracun bagi tumbuhan, hewan, dan manusia. Logam-logam dapat masuk ke
perairan dari pengikisan tanah alam batuan serta aktivitas manusia seperti
limbah rumah sakit, hotel, pabrik penyamakan kulit dan pabrik karoseri mobil.
Dari fenomena diatas,
analisis kandungan logam tembaga penting dilakukan karena peningkatan kadar
logam tembaga dalam lingkungan dapat membahayakan ekosistem di dalamnya. Untuk
mempelajari cara penentuan kadar tembaga, maka dilakukan percobaan penentuan
kadar tembaga dalam kawat tembaga.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan
kadar tembaga (Cu) dalam kawat tembaga.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Ada
dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari senyawa
tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah, dan mengandung ion
tembaga (I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam
tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I).
Senyawa tembaga (I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang
dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan
air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk tetraakuo kuprat (II) [Cu(H2O)4]2+
saja. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat
CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air
selalu terdapat ion kompleks tetraakuo (Vogel, 1990)
Tembaga
adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038°C. karena potensial elektrode standarnya positif, (+0.34V unntuk pasangan
Cu/Cu2+), tembaga tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat
encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit. Asam nitrat
yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga.
Asam sulfat pekat panas
juga melarutkan tembaga:
Tembaga mudah pula
larut dalam air raja:
Tembaga
tidak larut dalam air atau uap air dan asam-asam encer seperti HCl encer dan H2SO4
encer, tetapi asam klorida pekat dan mendidih melarutkan logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
CuCl2-(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan ke arah
produk
Tembaga
(Cu) adalah salah satu logam dari golongan dengan nomor atom 29; berat atom
63.546; diameter 8.92; adalah titik lebur 1083°C; titik didih 2310°C; jari-jari
atom 1.173Ã…; sedangkan jari-jari ion 0.96Ã…. Cu merupakan logam transisi yang
berwarna jingga kemerahan tidak reaktif terhadap asam-asam encer seperti HCl
dan H2SO4 encer kecuali HNO3 dan H2SO4
pekat yang dipanaskan. Senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Logam Cu
dapat bersifat racun apabula bereaksi dengan larutan asam atau zat kimia lain dan
membentuk ion Cu(II) (Arsyad, 2001).
Logam
Cuprum (tembaga) merupakan salah satu logam berat yang keberadaan dalam
lingkunagan dapat berasal dari industri penyamakan kulit, pelapisan logam,
tekstil, maupun industri cat. Dalam air limbah, tembaga dapat ditemukan sebagai
Cu(I), Cu(II), dan Cu(III) yang berbentuk padat, namun keberadaan tembaga (III)
sangat jarang ditemukan. Limbah cair Cu(II) tertama berasal dari proses
pewarnaan dengan menggunakan bahan kimia seperti CuSO4 untuk
pewarnaan biru, sehingga Cu(II) potensial mencemari lingkungan. Hampir 15% dari
total produksi zat pewarna pada proses industri hilang ketika proses pewarnaan
dan dikeluarkan sebagai limbah industri. Tembaga merupakan mikronutrien
esensial bagi tanaman, namun pada permukaan air tembaga meracuni tumbuhan air
pada konsentrasi dibawah 1ppm dan dapat meracuni beberapa ikan (Moothy, 1980).
Logam
berat mempunyai sifat toksik terhadap hewan dan manusia. Manifestasi toksisitas
logam berat terhadap manusia memerlukan waktu yang lama karena proses akumulasi
dalam tubuh sehingga proses pencegahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Beberapa
jenis logam berat misalnya Cadmium (Cd), air raksa (Hg), timah hitam (Sn), dan
cuprum (Cu) bisa juga merupakan bahan pencemaran yang sangat berbahaya. Pencemaran
logam berat ini, kemungkinan terjadi akibat buangan industri yang tidak
terkontrol. Buatan industri yang mengandung logam berat bermuara ke laut,
dengan demikian air laut menjadi tercemar (Palar, 1994).
III.
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
Alat:
1. Neraca
digital 1 buah
2. Labu
erlenmeyer 250 mL 1 buah
3. Penangas
air 1 buah
Bahan:
1. Kawat
tembaga 0.25 gram
2. HNO3
0.5M 5 mL
3. Urea
(CO(NH2)2) 0.5 M 5
mL
4. NH4OH
1 M 15 mL
5. Aquades 20
mL
6. Kertas
saring
3.2 Prosedur
Percobaan
1. Timbang
0.25 gram kawat tembaga lalu letakkan dalam labu erlenmeyer 250 mL
2. Tambahkan
5 mL asam nitrat dan air 1:1 dan larutkan kawat dengan memanaskannya di atas
nyala api kecil
3. Tambahkan
25 mL air dan didihkan selama ± 1 menit
4. Tambahkan
5 mL larutan urea dan didihkan lagi selama 1 menit
5. Dinginkan
larutan pada suhu kamar
6. Tambahkan
campuran NH4OH 1 M dan air dengan perbandingan 3:1 secara perlahan
sampai diperoleh endapan biru pucat
7. Saring
endapan dan timbang menggunakan neraca digital
8. Catat
endapan yang diperoleh
9. Hitung
kadar Cu dalam sampel dengan rumus sebagai berikut:
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Menimbang
0.2562 g kawat tembaga, diletakkan dalam labu erlenmeyer 250 mL.
|
Kawat
tembaga berwarna coklat
|
2
|
Melarutkan
kawat Cu ke dalam 5 mL HNO3 pekat, lalu dipanaskan dalam penangas.
|
Terbentuk
gelembung gas, warna larutan menjadi hijau, lama-kelamaan berubah menjadi
coklat dan terdapat gas di dinding labu
|
3
|
Ditambahkan
25 mL air dan dididihkan selama ± 1 menit.
|
Larutan
berwarna biru, warna coklat di dinding menghilang
|
4
|
Menambahkan
5 mL urea 0.5 M dan didihkan lagi selama 1 menit, dinginkan pada suhu kamar
|
Warna
larutan tetap biru, setelah didinginkan masih ada gelembung
|
5
|
Menambahkan
campuran NH4OH dan air secara perlahan
|
Larutan
bagian atas berwarna biru tua, bagian bawah berwarna biru muda, setelah
dikocok larutan berwarna biru muda
|
6
|
Dipanaskan
lagi untuk memperoleh endapan, ditambahkan NH4OH + air, endapan
disaring dan ditimbang
|
Lapisan
atas berwarna biru muda dan terbentuk endapan putih, yang bermassa 0.5772
gram.
Volume
NH4OH + air = 10 mL
|
4.2 Pembahasan
Adapun langkah kerja
praktikum ini adalah menimbang 0.2562 gram kawat tembaga lalu diletakkan dalam
labu erlenmeyer 250 mL, kawat tembaga berwarna coklat. Lalu ditambahkan 5 mL
HNO3 pekat dan melarutkan kawat ke dalam HNO3 pekat
tersebut, kemudian dipanaskan diatas penangas. Adapun ketika Cu dilarutkan
dalam HNO3 pekat warna larutan menjadi hijau, lama-kelamaan warnanya
berubah menjadi coklat dan terdapat gelembung gas pada dinding labu. Setelah
dipanaskan, ditambahkan 25 mL air, hasilnya ialah larutan berwarna biru, warna
coklat di dinding menghilang. Setelah itu ditambahkan lagi 5 mL urea kemudian
dididihkan selama 1 menit, hasilnya warna larutan tetap biru. Setelah itu,
larutan didinginkan pada suhu kamar, kemudian ditambahkan campuran NH4OH
dan air hasilnya larutan bagian atas berwarna biru tua, seharusnya ada endapan
putih di lapisan atas. Sehingga larutan dalam labu dipanaskan lagi untuk
memperoleh endapan. Lalu, ditambahkan campuran NH4OH dan air.
Hasilnya terbentuk larutan berwarna biru pudar pada lapisan tengah dan endapan
putih pada lapisan bawah. Adapun campuran NH4OH dan air yang
digunakan adalah sebanyak 10 mL. Setelah itu, endapan disaring lalu ditimbang,
berat endapan yang diperoleh setelah penimbangan adalah 0.5772 gram.
Adapun
perlakuan-perlakuan yang terdapat dalam percobaan ini yaitu pemanasan dan
pendinginan. Adapun fungsi dari pemanasan adalah untuk meningkatkan suhu,
sehingga tembaga akan lebih mudah larut/cepat larut dalam HNO3
pekat. Adapun fungsi dari pendinginan adalah untuk menstabilkan
partikel-partikel Cu dan HNO3.
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
Tembaga
merupakan logam kemerahan dengan struktur kristal kubus. Tembaga memantulkan
sinar merah dan orange serta menyerap frekuensi lain dalam spectrum cahaya
terlihat. Logam ini mudah ditempa dan merupakan konduktor panas dan listrik
yang baik. Tembaga lebih lunak dari seng, dapat dipoles, dan memiliki reaktivitas
kimia rendah. Tembaga memiliki nomor atom 29, berat atom 63.546, titik lebuh
1083°C, titik didih 2567°C dan kekuatan tarik mendekati 19.000 psi. Tembaga tak
bereaksi dengan air, tetapi tembaga secara perlahan bereaksi dengan oksigen
atmosfer membentuk sebuah lapisan tembaga oksida coklat kehitaman. Berbeda
dengan oksidasi besi melalui udara basah, lapisan oksida menghentikan korosi.
Dari
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Massa
Cu mula-mula = 0.2562 gram
Massa
endapan = 0.5772 gram
Ar
Cu = 53.5 g/mol
Mm Cu(OH)2 =
97.5 g/mol
Dari
percobaan, kadar Cu yang diperoleh adalah 146.4%. Hal ini tidak mungkin, karena
kandungan Cu dalam sampel tidak mungkin melebihi 100%, yang menandakan terjadi
kesalahan pada percobaan ini. Kesalahan terlihat jelas pada massa endapan yang
diperoleh, dimana massa endapan lebih besar dari massa Cu mula-mula. Seharusnya
massa endapan yang diperoleh lebih kecil dari massa Cu mula-mula.
Terjadinya kesalahan
ini disebabkan pada penyaringan endapan, dimana setelah disaring endapan
langsung ditimbang. Seharusnya endapan hasil penyaringan dikeringkan terlebih
dahulu, supaya kandungan air dalam endapan dapat hilang, lalu baru ditimbang.
Endapan pada percobaan ini diduga mengandung molekul air sehingga massanya
lebih besar dari massa mula-mula.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar
Cu dalam kawat tembaga tidak dapat diperoleh karena kegagalan dalam percobaan
2. Metode
yang digunakan dalam penentuan kadar Cu ini adalah metode analisis gravimetri
3. Asam
nitrat pekat dapat melarutkan Cu dengan adanya oksigen
4. Fungsi
dari pemanasan adalah untuk mengusir nitrogen oksida
5. Kegagalan
dalam percobaan disebabkan endapan yang tidak dikeringkan terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad
dan M. Natsir. 2001. Kamus Kimia: Arti
dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia
Moothy.
1980. Electronic Absorption Spectrum of
Cobalt Antipyrine Complex. India: S.V University
Palar,
Heryando. 1994. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta
Seran,
Emel. 2010. Spektrofotmetri Sinar Tampak.
Surabaya: Bumi Aksara
Vogel.
1990. Analisis Anorganik Kualitatif.
Jakarta: Kalman Media Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar