PEMBUATAN S6
(Laporan
Praktikum Kimia Anorganik I)
Oleh
Wayan
Gracias
1313023090
LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul Percobaan : Pembuatan S6
Tanggal Percobaan : 4 November 2014
Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama : Wayan Gracias
NPM : 1313023090
Fakultas : Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : Pendidikan Kimia
Kelompok : III (Tiga)
Bandarlampung, 4 November 2014
Mengetahui
Asisten
Ratna
Manika
NPM:
1213023055
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belerang merupakan
elemen penting bagi semua kehidupan dan secara luas digunakan dalam proses
biokimia. Dalam reaksi metabolik, senyawa sulfur berfungsi sebagai bahan bakar
dan pernapasan (oksigen-menggantikan) bahan untuk organisme sederhana. Belerang
juga merupakan bagian penting dari banyak enzim dan juga dalam molekul
antioksidan seperti glutathione dan thioredoxin. Belerang organik terikat
adalah komponen dari semua protein, sebagai asam amino sistein dan metionin.
Ikatan disulfida sebagian besar bertanggungjawab untuk kekuatan mekanik dan
terpecahkannya keratin protein, yang ditemukan di kulit terluarnya, rambut dan
kuku.
Di alam, belerang ditemukan sebagai
unsur murni dan mineral sulfat. Kristal
elemen sulfur biasanya dicari oleh kolektor mineral untuk bentuk cerah, mereka
polyhedron berwarna. Belerang sudah dikenal pada zaman dahulu, penggunaannya disebutkan
di Yunani kuno, Cina, dan Mesir. Asap belerang digunakan sebagai fumigants, dan
belerang yang mengandung campuran obat yang digunakan sebagai balsam dan anti
parasitics. Elemen sulfur pernah diekstraksi dari kubah garam, tetapi metode
ini telah usang sejak akhir abad ke-20. Hari ini, hampir semua elemen sulfur
diproduksi sebagai produk sampingan dari menghilangkan kontaminan yang
mengandung sulfur dari gas alam dan minyak bumi. Adapun sulfur juga dapat
dibuat dengan mereaksikan asam klorida pekat dengan natrium tiosulfat pada suhu
0°C, dimana pada suhu ini akan dihasilkan S6 dan S8.
Untuk mempelajari lebih lanjut pembuatan S6, maka akan dilakukan
percobaan ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar
mahasiswa dapat membuat senyawa S6 dengan cara mereaksikan asam
klorida pekat dengan natrium tiosulfat.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Belerang
atau sulfur adalah unsur dalam tabel periodic yang memiliki lambang S dan nomor
atom 16. Bentuknya adalah nonmetal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent.
Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di
alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral
sulfida atau sulfat. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan
dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun
juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida, dan fungsida (Budevsky, 1979).
Belerang
juga merupakan unsur yang cukup melimpah, terdapat dalam mineral sulfat,
seperti gypsum (CaSO4. H2O) dan dalam mineral sulfida
yang merupakan bijih logam yang penting. Belerang terdapat dalam batubara dan
minyak bumi sebagai senyawa organik belerang dan dalam gas alam sebagai
hidrogen sulfida. Belerang bebas terdapat pada wilayah vulkanik. Unsur ini
dibentuk oleh reaksi hidrogen sulfida dan belerang dioksida, yang terdapat
dalam gas vulkanik.
Bentuk
stabil dari belerang adalah belerang rombik berwarna kuning, suatu kristal
padat dengan kisi molekul berbentuk mahkota S8. Belerang rombik
meleleh pada 113°C menghasilkan cairan berwarna jingga. Pada pemanasan lebih
lanjut, berubah menjadi coklat-merah, suatu cairan kental. Mula-mula lelehan
terdiri dari molekul S8. Namun akibat pecahnya rantai, fragmen
bergabung menghasilkan rantai spiral yang panjang dari atom belerang.
Kekentalan meningkat akibat pemadatan molekul S8 yang berubah
menjadi rantai molekul yang panjang. Pada suhu yang lebih tinggi dari 200°C,
rantai mulai pecah, dan kekentalan menurun. Belerang menguap pada 445°C
menghasilkan uap molekul S8, S6, S4, dan S2.
Hidrogen sulfida, H2S adalah gas yang tak berwarna dengan bau telur
busuk yang sangat kuat dan beracun. Hidrogen sulfida adalah asam diprotik yang
sangat lemah. Dalam larutan asam, hidrogen sulfida berperan sebagai zat
reproduksi, yang bereaksi dengan zat pengoksidasi sedang menghasilkan belerang.
Belerang
oksida SO2 dibentuk dengan pembakaran belerang atau senyawa
belerang. Belerang dioksida ini merupakan gas yang tidak berwarna dan merupakan
gas beracun serta merupakan gas emisi industri yang menyebabkan masalah
lingkungan. Namun, pada saat yang sama gas ini sangat penting karena merupakan
sumber belerang. Belerang dioksida merupakan senyawa bersudut, dan telah
ditunjukkan sebagai ligan pada logam transisi akan menghasilkan berbagai modus
koordinasi. SO2 juga merupakan pelarut non-air mirip dengan amonia,
dan digunakan untuk reaksi khusus atau sebagai pelarut khusus dalam pengukuran
NMR. Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida
dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO2 biasa
adalah cairan (bp 44.6°C). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar
ini berkesetimbangan dengan trimer cincin dalam fasa gas atau cairan. Dengan
keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni
polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α- SO3 juga
dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi.
Semuanya bereaksi dengan air dengan hebat membetuk asam sulfat. Asam-asam okso
ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-O-S, S-OH, dan S-S dengan atom
pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar,
disini terlibat berbagai kesetimbangan redoks (Saito, 1996).
III.
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
Alat:
1. Labu
alas 1 buah
2. Dropping
funnel 1 buah
3. Klem/Statif
1 buah
4. Pipa
kaca 1 buah
5. Gelas
kimia 500 mL 1 buah
6. Corong
pisah 1 buah
Bahan:
1. HCl
6M 25 mL
2. Na2S2O3
1M 20 mL
3. Toluena
50 mL
4. Es
3.2 Prosedur
Percobaan
1. Rangkai
alat sesuai dengan petunjuk asisten, labu A natrium tiosulfat, labu B HCl
pekat.
2. Labu
A dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi es dan tunggu kira-kira 5 menit
supaya natrium tiosulfat dalam labu menjadi dingin.
3. Alirkan
HCl dari labu B secara perlahan-lahan sampai semua natrium tiosulfat larut.
4. Biarkan
dalam es sampai larutan dalam labu menjadi dingin kemudian saring endapan yang
terjadi.
5. Endapan
yang terjadi dimasukkan ke dalam corong pisah dan tambahkan 50 mL toluena.
6. Endapan
yang terjadi disaring dan dikeringkan, kemudian amati selama 10 menit.
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
HCl (dalam labu B)
diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam labu A yang berisi Na2S2O3
yang didinginkan dalam gelas kimia berisi es.
|
Warna awal Na2S2O3
adalah bening.
Warna awal HCl
bening.
Warna campuran
kuning.
Na2S2O3
belum larut sepenuhnya dan terbentuk endapan.
|
2
|
Menyaring larutan
dalam labu B
|
Terbentuk endapan
berwarna kuning dan filtrat kuning berwarna keruh.
|
3
|
Memasukkan endapan ke
dalam corong pisah, ditambahkan 50 mL aseton, diekstraksi.
|
Terbentuk gas SO2
dan terbentuk endapan S6 dan larutan S8 yang
terbentuk dalam aseton.
|
4
|
Endapan disaring dan
dikeringkan.
|
Endapan S6 yang
terbentuk berwarna kuning dan berbau tidak sedap.
|
4.2 Pembahasan
Adapun langkah kerja pada praktikum ini
pertama-tama adalah menyiapkan alat dan bahan serta merangkai alat seperti
gambar berikut:
Setelah alat dan bahan
dirangkai seperti gambar diatas, labu A yang berisi natrium tiosulfat dialirkan
HCl dari labu B secara perlahan-lahan sampai semua natrium tiosulfat larut.
Adapun warna mula-mula Na2S2O3 adalah bening,
warna HCl mula-mula juga bening, dan ketika HCl diteteskan, warna larutan
berwarna kuning dan mulai terbentuk sedikit endapan, dan ketika semua natrium
tiosulfat larut, endapan yang terbentuk berwarna kuning. Kemudian larutan dalam
labu A disaring, hasilnya terbentuk endapan berwarna kuning dan filtrat yang
dihasilkan berwarna kuning keruh. Lalu, endapan yang terbentuk tersebut
dimasukkan ke dalam corong pisah dan menambahkan 50 mL aseton pada
dinding-dinding corong pisah, lalu diekstraksi dengan cara memutar corong pisah
satu arah dengan kecepatan memutar yang harus konstan, serta membuka keran
sesekali agar gas SO2 keluar, lakukan pemutaran hingga gas SO2 habis.
Adapun hasil yang terbentuk adalah terbentuknya endapan kuning yang merupakan S6
dan larutan yang merupakan S8. Endapan yang terbentuk disaring
dan dikeringkan, hasilnya adalah endapan yang terbentuk berwarna kuning yang
merupakan S6 dan memiliki bau yang tidak sedap.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini
dapat dituliskan sebagai berikut:
Adapun fungsi perlakuan
yang dilakukan pada percobaan ini adalah yang pertama yaitu pendinginan yang
bertujuan untuk mendinginkan suhu hingga 0°C, fungsinya adalah untuk membentuk
sulfur, karena pada suhu 0°C sulfur baru akan terbentuk. Adapun tujuan dari
penyaringan adalah untuk memisahkan filtrat dan endapan yang terbentuk.
Sedangkan fungsi penyaringan adalah untuk mendapatkan endapan sulfur dan
memisahkan dari campurannya. Adapun tujuan perlakuan ekstraksi adalah untuk
memisahkan S6 dan S8 yang terbentuk. Adapun fungsi dari
ekstraksi adalah untuk meisahkan campuran yang heterogen menjadi larutan yang
terpisah, dalam percobaan ini adalah untuk memisahkan S6 dan S8
yang larut dalam aseton. Adapun fungsi penyaringan yang kedua adalah
untuk mendapatkan S6 yang terbentuk.
Adapun fungsi
penambahan reagen HCl adalah untuk memisahkan natrium tiosulfat menjadi NaCl,
sulfur, H2O, dan SO2. Adapun fungsi penambahan aseton
adalah untuk memisahkan campuran S6 dan S8, sehingga
didapatkan S6 yang berbentuk endapan dan S8 yang larut
dalam pelarut organik yang digunakan, yaitu aseton.
Adapun sifat-sifat dari
sulfur adalah berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, dan tidak lart dalam
air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai
bentuk, baik gas, cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk
alotrop yang lebih dari satu atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda,
akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk
alotropinya masih belum dapat dipahami. Belerang adalah komponen serbuk mesiu
dan digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperan sebagai
fungsida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat. Berton-ton
belerang digunakan untuk menghasilkan asam sulfat, bahan kimia yang sangat
penting. Belerang juga digunakan untuk pembuatan kertas untuk memutihkan buah
kering. Belerang merupakan insultor yang baik. Belerang juga merupakan penyusun
lemak, cairan tubuh, dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit.
Ekstraksi adalah salah
satu metode pemisahan zat dalam bidang kimia yang mengacu pada prinsip
distribusi zat terlarut ke dalam dua pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya.
Ekstraksi merupakan pemisahan zat dengan menggunakan dua buah pelarut yang
tidak saling bercampur atau sedikit bercampur. Prinsip utama yang melandasi
teknik pemisahan ekstraksi adalah like
dissolve like, yakni senyawa polar akan larut dalam pelarut pilar dan
senyawa nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. Melalui kepolaran tersebut
maka zat akan dapat dipisahkan.
Berikut ini merupakan struktur dari S6
dan S8:
Dari struktur tersebut,
terlihat perbedaan S6 dan S8, dimana S6
memiliki 6 atom S pada unit selnya, sedangkan S8 memiliki 8 atom S
dalam unit selnya. S6 merupakan senyawa anorganik, sedangkan S8
merupakan senyawa organik. Hal ini dibuktikan ketika kedua senyawa tersebut
dilarutkan dengan aseton yang merupakan senyawa organik. S8 larut,
sedangkan S6 mengendap. S6 merupakan senyawa nonpolar dan S8
merupakan bentuk yang paling umum, stabil pada suhu kamar dan tekanan udara. S8
merupakan alotrop yang lebih stabil dibandingkan S6 jika dilihat
dari konformasinya, S8 memiliki sifat sebagai isolator.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan
S6 dapat dilakukan dengan cara mereaksikan asam klorida dengan
natrium tiosulfat pada suhu 0°C.
2. Fungsi
pendinginan pada percobaan ini adalah agar suhu Na2S2O3
adalah 0°C, karena pada suhu inilah sulfur baru akan terbentuk.
3. Fungsi
penambahan HCl adalah untuk memisahkan Na2S2O3 menjadi
NaCl, sulfur, dan SO2.
4. Adapun
fungsi penyaringan adalah untuk memisahkan endapan yang terbentuk dari
campurannya.
5. Adapun
fungsi penambahan aseton adalah untuk memisahkan campuran S6 dan S8,
sehingga nantinya S6 dan S8 akan terpisah.
6. S8
larut bersama aseton dikarenakan S8 merupakan senyawa organik,
sedangkan S6 mengendap karena S6 senyawa anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Budevsky,
D. 1979. Foundation of Chemical Analysis.
London: Eliss Horwood
Saito,
Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik.
Tokyo: Iwanami Shoten Publishers
Sunarya,
Yayan. 2012. Kimia Dasar 2 Berdasarkan
Prinsip-Prinsip Kimia Terkini. Bandung: Yrama Widya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar